Temanggung – Konferensi MWC NU Candiroto ke-7 sukses digelar pada Ahad, 22 Juni 2025, bertempat di Pondok Pesantren Al-Mujahidin, Gembyang, Kentengsari, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung. Acara penting ini menjadi forum strategis bagi Nahdlatul Ulama di tingkat kecamatan untuk mengonsolidasikan kekuatan dan merumuskan arah ke depan.
Konferensi ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Ketua PCNU Kabupaten Temanggung, Syuriah MWC, Banom (Badan Otonom) seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, Banser, IPNU-IPPNU, Lurah Kentengsari, serta jajaran Forkompimcam Kecamatan Candiroto. Kehadiran berbagai elemen ini menunjukkan komitmen kuat terhadap kelangsungan organisasi.
Pesan Khidmat dari Rois Syuriah MWC NU Candiroto
Khutbah Iftitah yang penuh hikmah disampaikan langsung oleh Rois Syuriah MWC NU Candiroto, K. Agus Rosyid Sidiq. Beliau menegaskan pentingnya berpegang teguh pada prinsip “al muhafadzoh ala qodimissolih wal akhdzu bil jadidil aslah” (memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik).
Kiai Agus Rosyid juga mengingatkan agar generasi sekarang tidak melupakan peran dan perjuangan generasi tua, apalagi masa lalu. Beliau mengutip pesan mendalam dari guru besar, KH. Muntaha al-Hafidz: “Awak kui dinggo rusak, ora dinggo berjuang yo rusak, rusak-rusak nek dinggo berjuang” (Badan ini akan rusak, tidak dipakai berjuang pun rusak, lebih baik rusak karena berjuang). Pesan-pesan ini menggema, membuat Konferensi MWC NU Candiroto berlangsung khidmat, di mana para peserta dengan seksama menyerap setiap nasihat yang disampaikan oleh para kasepuhan NU.
Ketua PCNU Temanggung Kobarkan Semangat Penguatan Akar Rumput
Selanjutnya, Gus Nurul Yaqin, Ketua PCNU Kabupaten Temanggung, hadir dan menyampaikan sambutan yang menggelegar, berisi arahan penting bagi kader NU hari ini.
“NU hari ini harus lebih mengakar lagi, struktur NU harus sampai ke tingkat anak ranting. Kenapa? Karena dengan cepatnya pertumbuhan penduduk, maka NU harus melayani umat sampai tingkat paling bawah dengan layanan sebaik-baiknya,” tegas beliau.
Gus Nurul Yaqin juga menekankan pentingnya responsivitas kader NU terhadap perubahan zaman. “Kader NU harus proaktif terhadap perubahan zaman, terutama di zaman dengan banjir informasi ini,” ujarnya.
Beliau menutup sambutannya dengan mengingatkan esensi berkhidmat di NU: “Di NU ini, kita niati nyantri, kita nyantri di pesantren besar Nahdlatul Ulama, terutama bagi kita yang tidak sempat mengenyam pendidikan di pesantren untuk menyambung sanad keilmuan kita kepada guru-guru kita.” Pesan ini memperkuat nilai spiritualitas dalam setiap perjuangan di NU.
Proses Sidang dan Pemilihan Kepemimpinan MWC NU Candiroto
Konferensi MWC NU Candiroto secara resmi dibuka oleh KH. Misbah Muslih. Selanjutnya, seluruh rangkaian acara konferensi difasilitasi oleh perwakilan PCNU Kabupaten Temanggung, meliputi:
- Sidang Pleno Pertama: Pembacaan Tata Tertib (Tatib).
- Sidang Pleno Program Kerja: Perumusan dan pengesahan program kerja untuk periode mendatang.
- Sidang Pleno Ahlul Hali wal Aqdi: Proses penting untuk memilih Rois Syuriah.
Empat belas ranting di wilayah Kecamatan Candiroto, yang diwakili oleh Syuriah ranting berdasarkan rapat Syuriah, sepakat mengusung 11 anggota Ahlul Hali wal Aqdi. Mereka adalah: K. Agus Rosyid Sidiq, KH. Muh Zaini, KH. Yasin Fatah, KH. Muh Chambali, K. Muh Yuwono, K. Abdul Rouf, K. Muh Arifin, K. Zamroni, K. Ibnu Hajar, KH. Khotibul Umam, dan K. Muhlisin.
Dari kesebelas kiai tersebut, terpilihlah lima suara terbanyak: K. Agus Rosyid Sidiq, KH. Muh Zaini, K. Muh Yuwono, K. Abdul Rouf, dan K. Muh Arifin. Akhirnya, forum memutuskan K. Agus Rosyid Sidiq terpilih sebagai Rois Syuriah MWC NU Candiroto.
Secara bersamaan, sidang pemilihan Ketua Tanfidziah juga berlangsung, dipimpin langsung oleh KH. Lutfi Arifin, Pengurus PCNU Temanggung. Dalam proses ini, KH. Khotibul Umam menjadi satu-satunya calon Ketua Tanfidziah MWC NU Candiroto, dan keempat belas ranting secara mutlak memilih beliau sebagai Ketua Tanfidziah periode selanjutnya.