Lailatul Ijtima Tegaljoho: Kukuhkan Tradisi Aswaja dan Kepedulian Sosial

Pengurus Anak Ranting NU Tegaljoho, Mojotengah rutin menggelar Lailatul Ijtima Tegaljoho untuk memperkuat tradisi Aswaja, merekatkan nilai ke-NU-an, dan mendorong kepedulian sosial di masyarakat.

Lailatul Ijtima Tegaljoho Kukuhkan Tradisi Aswaja dan Kepedulian Sosial

Mojotengah, Temanggung — Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama Tegaljoho, Mojotengah, rutin menggelar Lailatul Ijtima Tegaljoho setiap malam Selasa Wage (Rabu Kliwon) pukul 20.00–22.00 di Serambi Masjid Al-Muttaqien. Kegiatan ini bertujuan untuk merekatkan nilai-nilai ke-NU-an serta memperkuat semangat Ahlussunnah wal Jama’ah di tingkat akar rumput, sebuah tradisi penting yang dikenal sebagai Lailatul Ijtima Tegaljoho.

Acara dibuka dengan pembacaan tahlil dan kirim doa kepada para muassis Nahdlatul Ulama yang dipimpin oleh Bapak Lisin. Dalam sambutannya, Ketua Ranting NU Mojotengah, Bapak K. Muh. Bazari, menyampaikan pentingnya menjaga tradisi dan amaliah Aswaja sebagai bentuk loyalitas santri terhadap para pendiri NU, salah satu tujuan utama dari Lailatul Ijtima Tegaljoho.

Menjaga tradisi Aswaja adalah upaya mengharap berkah dari Hadrotus Syekh KH Hasyim Asy’ari dan para muassis NU. Supaya kita dan anak cucu kita diakui sebagai santri beliau, dan didoakan husnul khotimah,” tutur K. Bazari yang merupakan alumni Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bolong Selopampang.

Acara dilanjutkan dengan mujahadah bersama yang mencakup pembacaan Surat Yasin dan Nihayatul Mustaghfirin, dipimpin oleh Syuriah Anak Ranting Tegaljoho, Bapak K. Turmudzi. Momentum spiritual ini kemudian diisi dengan mauidhoh hasanah dan dialog ke-Aswaja-an yang disampaikan oleh KH Ahmad Suadi, S.Ag., selaku Sekretaris MWCNU Kedu, yang sering hadir dalam acara Lailatul Ijtima Tegaljoho.

Dalam tausiyahnya, KH Ahmad Suadi menyoroti refleksi pergantian tahun baru Hijriyah dan perlunya memperbaiki kualitas ibadah.

“Cepatnya waktu berlalu menunjukkan kehilangan keberkahan zaman. Mari kita ruwat diri dari hal-hal negatif dengan memperbanyak muhasabah, mujahadah, dan mudawamah. Amalkan juga ibadah sosial di bulan Muharram, khususnya tanggal 9, 10, dan 11, dengan menyantuni anak yatim dan dhuafa,” pesan beliau.

Lailatul Ijtima Tegaljoho ditutup dengan pembacaan Shalawat Serakal dan koordinasi internal pengurus anak ranting. Kegiatan ini sekaligus menjadi bukti nyata semangat kader NU dalam merawat nilai-nilai Aswaja serta mengokohkan peran sosial keagamaan di lingkungan desa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top